Thursday 25 November 2010

KBB #20 Biscuit Traditional Bangket

Ini kali pertama aku ikutan challenge di Klub Berani Baking. Deg-deg-an plus excited yang tak terkira. Pas dapet SURCIN KBB#20 sangat surprise banget, karena tantangan kali ini sama dengan week2an yang lagi di gelar di milis NCC. Yes, Tema kali ini mengangkat Biscuit tradisional Bangket!

Asliiii, aku buta banget akan rasa dan bentuk si bangket ini. Tau namanya aja baru pas disebut-sebut di kedua milis ini. Katanya, kue ini sering ada di hari raya, berasal dari kepulauan Riau. Terkenal juga dengan nama kue rentak, kue babon dll.


Karena suamiku asli Lampung, aku tanya mengenai kue bangket ini. Dia lalu cerita sambil mengingat rasa dan bentuk kue bangket ini, dia agak lupa karena kue ini dirasa pada masa kecilnya. Nanti deh aku cariin di Lampung, katanya. Lalu sempat juga ibu mertuaku bikinin dan nyatetin resepnya, tapi kata suamiku rasa dan teksturnya yang kokoh lebih mirip dengan kue babon. Membuatnyapun menggunakan blondo (santan yang dimasak dan diinapkan semalaman).

Lalu aku sempet baca postingan mba Arfie di blognya mengenai si Bangket ini, dan semakin bikin penasaran. Belum juga nemuin resep yang sesuai, yang gampang dan digandrungi banyak orang. Kemudian bertebaranlah resep-resep bangket untuk memeriahkan bangket week NCC dan tantangan KBB. Yang paling favorite adalah Bangket Susu dan Bangket kacang Nadrah. Setelah dibaca dan dipelajari dengan seksama, maka pilihan hati jatuh pada Bangket Susu Nadrah Shahab. Bahan-bahannya mudah didapat, proses pembuatannya pun terbilang mudah.


Ini resepnya yang aku copy paste dari surcin KBB#20


Bangket Susu

Oleh: Nadrah Shahab


500 gr sagu

100 gr margarine

150 gr gula halus

75 gr susu kental manis

Cara buat:

  1. Sagu disangrai dengan daun pandan, dinginkan.
  2. Campur semua bahan.
  3. Cetak menggunakan cetakan kue satu (aku menggunakan cetakan coklat praline)
  4. Bakar dengan api kecil (140° C) kira-kira 10 menit.
  5. Angkat kukis tidak pada saat panas.
  6. Karena kue ini teksturnya rapuh sekali, angkatnya harus dengan kasih saying, atur ditoples jangan diangkat lagi kecuali mau dimakan.

Setelah semua bahan disiapkan, langsung sangrai sagu dengan daun pandan supaya wangi. Untung di halaman rumah ada tanaman daun pandan, jadi tinggal motong aja gak usah dadak beli. Abis sangrai di dinginkan. Lalu aku timbang bahan yang lain, kali ini aku hanya coba ½ resep saja, otomatis semua ukuran di bagi 2.


Kira-kira 20menit an, si sagu sudah dingin. Lalu aku campur semua bahan tadi: Gula, mentega dan susu semua masuk ke dalam baskom sagu. Setelah semua menyatu, aku agak ragu, apa sebaiknya tadi mentega dulu diaduk lalu baru masuk gula kemudian dicampur sagu sedikit demi sedikit baru masuk susu kentalnya? Tapi sudah telat, semua bahan sudah masuk. Jadi aku terusin aja mengaduk dengan sendok kayu agar semua bahan menyatu.


Dilihat dari tampilannya aku makin ragu untuk nerusin proses selanjutnya, di resep ditulis, cetak dengan cetakan kue sagu. Dalam hati bilang? Kayaknya susah nih nyetaknya, sagunya aja gak nyatu gini? Aku tadinya mikir adonannya akan mirip-mirip adonan kukis biasanya, seperti putih salju atau kue sagu, tapi ini beda. Setelah dicampur adonan lainnya, sagunya tetap kering. Apa bisa yah dicetak? Gak akan mungkin tahu kalo gak dicoba.


Akhirnya aku lanjutin proses mencetak. Awalnya aku pake cetakan kue satu, adonan dimasukkan kedalam cetakan, ditekan tekan sampai padat, lalu cetakan dibalik di atas loyang yang sudah diberi kertas baking. Agak susah melepas adonan dari cetakan, beberapa hancur berantakan.

Akhirnya aku coba menggunakan cetakan coklat praline. Cari motif yang sesuai, kebetulan punya cetakan bentuk kado dengan pita. Ulang proses cetak, tekan tekan adonan sampai padat, kemudian lepaskan di atas loyang, voila…lebih mudah dan lebih rapih.

Untuk ½ resep aku bisa bikin 3 loyang. Setelah semua siap, aku masukkan ke dalam oven yang sudah dipanaskan 140°C. Panggang selama 10 menit (tapi aku tambahkan jadi 15menit karena pas dicoba masih terasa rasa sagu mentah)


Setelah jadi, aku langsung tata dalam toples. Kue ini sangat rapuh. Makanya begitu masuk mulut, langsung “gemebyar”. Rasanya susu banget, gurih dan manisnya pas di lidah, sangat mewah untuk sebuah biscuit kampung. Sesuai dengan yang tertulis diresep, angkat dengan kasih sayang dan jangan diangkat lagi kecuali mau dimakan.

Biskuit Traditional ini langsung jadi favorit ipar dan ponakan di rumah karena rasa susu dan tekstur yang lembut dan lumer dimulut.

Ahh senang bisa melewati tantangan KBB#20 ini dengan respon positif dari yang nyoba kuenya.

Happy Banking Bangket!!!

Selesai buat laporan, aku kirim email ke Host Banket KBB mba Amy, besoknya terima kabar aku lulus trus dikasih logo ini!! YEAAAAY *girang bukan kepalang*
Siaaaap untuk tantangan selanjutnya :)

2 comments:

  1. Dah bener ya Mbak link-nya? Ni aku test dari blog KBB

    ReplyDelete
  2. Udah mba ami..makasihhh :) *peluuk*

    ReplyDelete